“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana yang sangat berdampak pada perilaku dan karakter murid. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya. Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.
Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,
“ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.” (George Wilhelm Friedrich Hegel).
Salam dan bahagia,
Memahami kalimat bijak tersebut pendidikan merupakan suatu proses menuntun murid dengan penguatan karakter , norma -norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pratap Triloka dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang menjadi landasan kita sebagai pendidik hingga saat ini dicetuskan oleh KHD adalah
Guru adalah pamong atau penuntun yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Penuntun yang menuntun kodrat anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Pengambilan keputusan yang di lakukan seorang pendidik adalah keputusan yang berpihak pada murid, yang memerdekakaan murid, karena pendidikan itu sendiri harus memerdekakan. Implementasi dalam pembelajaran adalah segala konten dan proses pembelajaran hendaknya berpihak pada murid. Guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun juga guru mentransfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mendasari setiap pengambilan keputusaan. Nilai kebajikan dapat diartikan tabiat atau sikap tertentu yang diyakini baik dan dijadikan salah satu sendi keutamaan dalam budi pekerti. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh oleh seorang pendidik. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita untuk mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya.
Apapun itu, keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Berpegang pada nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi kedepannya.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching merupakan proses untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki murid. Seorang coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air, air yang mengalir dari hulu ke hilir. Murid dapat kita ibaratkan seperti air, yang bebas dan mengalir lepas hingga menuju ke hilir menemukan potensinya. Sebagai guru, kitalah yang harus menjaga air itu tetap mengalir tanpa sumbatan. Menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin akan menghambat perkembangan potensi dalam diri murid. Dan coaching akan membantu untuk melejitkan potensi murid menuju masa depan dengan lebih merdeka.
Lebih lanjut keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Dengan coaching guru dapat mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada murid.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, hal ini dikarenakan pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Sesuai dengan koneksi materi antar modul maka proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional, seperti kesadaran diri (self awarness), pengelolaan diri(self management), kesadaran sosial(social awarness), dan keterampilan berhubungan sosial(relationship skills).
Sebagai guru atau pendidik, kita harus dapat mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan/resiko dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran atau sama-sama mengandung nilai kebajikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pendidik yaitu guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melihat setiap masalah yang dihadapinya baik di kelas mapun di sekolah, apakah masalah yang dihadapi merupakan sebuah dilema etika atau bujukan moral. Guru di era merdeka belajar harus memiliki nilai pendidik yang inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif yang dapat membimbing peserta didik dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi isu tantangan global.
Dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan murid, kita harus menjunjung tinggi prinsip/nilai yang kita miliki. Guru harus berusaha membuat keputusan yang bertanggung jawab dengan melakukan pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan pada setiap masalah yang dihadapi.
Manakala seorang guru menghadapi masalah dilema etika yaitu nilai benar vs benar, maka guru harus melakukan analisa melalui 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta melakukan tahapan dalam 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Kesembilan Langkah dalam pengujian pengambilan keputusan ini harus dilakukan secara urut dan sistematis agar menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Guru sebagai pendidik harus mengambil keputusan yang tepat yaitu berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga keputusan yang kita ambil berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Hal pertama yang wajib kita lakukan sebelum mengambil keputusan adalah mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah tadi termasuk dilema etika atau bujukan moral. Kemudian menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang berdampak. Hal ini dikarenakan melalui pengambilan keputusan yang tepat, maka akan menciptakan iklim lingkungan yang positif berdampak pada penciptaan lingkungan kondusif bahkan aman dan sangat nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah masih banyak diantara kita dalam mengambil keputusan yang sepihak. Bersikap otoriter dan tidak menerima masukan atau pendapat dari orang lain.
Dalam modul 3.1 jelas menjelaskan bahwa terdapat 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Dan bila pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui proses analisis cermat dan akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan berpihak pada murid, mengakomodir seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat, dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif, aman dan nyaman.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pada konteks Merdeka Belajar, pembelajaran yang guru rancang akan berdampak pada murid. Sehingga ada pengaruh yang signifikan antara keputusan yang guru ambil dengan pengajaran yang dilakukan. Pengaruh positif atau negatif merupakan hasil dari sejauh mana kita sebagai pendidik menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Modul 3.1 ini sangat bermanfaat bagi guru dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam merdeka belajar muaranya adalah memerdekakan murid, agar ia tumbuh dan berkembang mencapai kodratnya sesuai dengan potensi yang ia miliki. Oleh karena itu penting bagi guru dalam mengambil keputusan hendaknya dapat menuntun dan memberikan ruang bagi murid untuk merdeka dalam belajar karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid. Guru diibaratkan seorang petani yang menyemai benih yang harapannya benih itu bisa tumbuh subur. Demikian juga murid, guru bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sehingga setiap keputusan kita akan berpengaruh pada masa depan murid.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya yaitu:
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Berikut pemahaman saya tentang modul 3.1:
Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu:
Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah sebelumnya saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar-salah, dan untung-rugi saja serta menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah untuk mufakat. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul 3.1, saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, pertimbangan benar-salah, dan untung-rugi saja serta menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah untuk mufakat.
Setelah mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya semakin yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema etika dan bujukan moral, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Seberapa penting? Sangat-sangat penting.
Hal ini dikarenakan modul 3.1, membantu kita dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika atau bujukan moral. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh atau merugikan orang banyak. Saya semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.
Salam dan Bahagia.
Sasmiati, SS.,M.Pd
CGP Angkatan 7 Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tulisan merupakan penugasan pada Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.